Sabtu, 04 Juni 2011

pH (DERAJAT KEASAMAN PERAIRAN)

OLEH 
ALUDIN AL AYUBI
NIM : 0804052698

PH ( DERAJAT KEASAMAN)

A.       PENGERTIAN DAN DESKRIPSI pH
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973).. Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik.
Besaran pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH =7 disebut sebagai netral (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005). Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4. pH dipengaruhi oleh kapasitaspenyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982; Nybakken, 1992).
Keberadaan pH di suatu perairanDerajat Keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air yaitu diberbagai perairan:
·      Laut
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya penurunan pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000 kali.
·         Danau
Perairan danau nilai pH berkisar pH 6,7 – 8,6 hal ini dkarenakan karena kedalaman danau dangkal sehingga pH tanah sangat mempengaruhinya.
·         Waduk
Perairan waduk nilai pH berkisar 5,7-10,5 hal ini dikarenakan Pengkuran pH dan konduktivitas menunjukkan bahwa penurunan pH sejalan dengan kedalaman, diikuti kenaikan konduktivitas. Hal ini disebabkan proses dekomposisi bahan organik menyebabkan terbentuknya senyawasenyawa asam organik yang akan menurunkan pH, dan pelepasan senyawa anorganik yang akan memperkaya kandungan ion dalam perairan sehingga meningkatkan konduktivitas.
·         Sungai
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
B.        PERUBAHAN pH DI PERAIRAN
Tingkat keasaman (pH) perairan merupakan parameter kualitas air yang penting dalam ekosistem perairan tambak. Faktor- faktor yang Perubahan pH di perairan yaitu:
1.      Aktivitas fotosintesis
2.      Aktivitas respirasi
Fotosintesis memerlukan karbon di oksida, yang oleh komponen autotrof akan dirubah menjadi monosakarida. Penurunan karbon dioksida dalam ekosistem akan meningkatkan pH perairan. Sebaliknya, proses respirasi oleh semua komponen ekosostem akan meningkatkan jumlah karbon dioksida, sehingga pH perairan menurun (Wetzel, 1983). Nilai pH perairan merupakan parameter yang dikaitkan dengan  konsentrasi karbon dioksida (CO2) dalam ekosistem. Semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida, pH perairan semakin rendah. Konsetrasi karbon dioksida ditentukan pula oleh keseimbangan antara proses fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis merupakan proses yang menyerap CO2, sehigga dapat meningkatkan pH perairan. Sedangkan respirasi menghasilkan CO2 kedalam ekosistem, sehingga pH perairan menurun. Karbon dioksida dalam ekosistem perairan dihasilkan melalui proses respirasi oleh semua organisme dan proses perombakan bahan organik dan anorganik oleh bakteri.
Selain dari itu pH di perairan dari yang tinggi ke pH rendah dapat disanggah oleh unsur calsium yang terdapat dalam air asli itu sendiri. Apabila suatu perairan kadar calsium dalam bentuk Ca(HCO3)2 cukup tinggi, maka daya menyanggah air terhadap pergoncangan pH menjadi besar.Unsur Ca didalam air membentuk dua macam senyawa yaitu:
1.   Senyawa kalsium carbonat (CaCO3) yang tidak dapat larut
2.   Senyawa kalsium bicarbonat atau kalsium hidrogen karbonat (Ca(HCO3)2) yang dapat larut dalam air.
Faktor yang menentukan besar kecilnya kemampuan penyanggah pergoncangan asam (pH) adalah banyaknya Ca (HCO3)2 di dalam air.
Proses terjadinya penyanggahan asam didalam air adalah sbb: Kalau dalam suatu perairan, CO2 terambil, maka mula-mula pH air akan naik, akan tetapi pada saat yang bersamaan Ca(HCO3)2 yang larut dalam air itu akan pecah.
Sehingga dalam air itu terjadi pembentukan CO2 yang baru, selanjutnya pH air mempunyai kecenderungan untuk turun lagi. Berdasarkan proses tersebut diatas, kadar Ca yang terkandung dalam air menjadi berkurang. Kalsium bikarbonat yang terbentuk pada pemecahan itu akan mengendap berupa endapan putih didasar perairan, pada daun-daun tanaman air dsb. Sebaliknya, apabila terbentuk gas CO2 yang banyak didalam air maka mula-mula pH air mempunyai kecenderungan untuk turun akan tetapi dengan segera gas CO2 yang berkeliaran bebas itu akan diikat oleh CaC03 yang sulit larut dalam air . Sehingga jumlah CO2 bebasnya akan berkurang, akibatnya pH air mempunyai kecenderungan untuk naik, sehingga kecenderungan pH untuk turun dapat disanggah.Jadi jumlah Ca (HCO3 )2 dalam air merupakan salah satu unsur dari baik buruknya perairan sebagai lingkungan hidup.
C.       PENYEBAB UTAMA PENURUNAN pH DI HATCHERY
                      Dalam usaha budidaya  di hatchery, pertumbuhan organisme budidaya sangat dipengaruhi oleh kualitas air dan jumlah pakan yang di berikan. Jumlah pakan yang di berikan tergantung  tingkat konsumsi dan kebiasaan makan dari organisme  budidaya itu sendiri.   Jika takaran atau dosis pakan yang di berikan sesuai maka proses pertumbuhan organisme budidaya  dapat berlangsung dengan baik. Tetapi jumlah pakan yang diberikan tidak sesuai takaran atau dosis yang di tentukan maka laju pertumbuhan organisme budidaya akan terhamabat.
Selain dari itu juga, jika jumlah pakan yang diberikan, melebihi takaran atau dosis  untuk kebutuhan konsumsi organisme budidaya, maka  jumlah pakan yang lebih tersebut akan mengendap didasar bak pemeliiharaan (hatchery). Sehingga apabila proses ini berjalan terus maka lama kelamaan jumlah endapan pakan di dasar bak semakin meningkat dan mengalami pembusukan. Sehingga dengan peningkatan endapan pakan yang ada di dasar hatchery tersebut maka akan menyebabkan terjadinya penurunan pH. Sehingga perairan budidaya hatchery tersebut akan mengalami tingkat keasaman.
D.       PENGARUH PERUBAHAN pH TERHADAP KESEHATAN IKAN
Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan ikan terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut, adanya variasi bermcam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7 – 9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974).
pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik, semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3 (Cholik et al., 2005). pH air yang tidak optimal akan berpengaruh, meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S.
Adanya peningakatan daya racun hasil metabolisme tersebut maka dapat menyebabkan kondisi tubuh  ikan terganggu, misalnya:
-                Ikan mengalami sters
-                Tidak memiliki nafsu makan
-                Cara berenangnya tidak stabil, dan gelisah
-                Tidak mampu berkembang biak atau bertelur.
-                Pertumbuhan terhambat
Dengan melihat Kondisi ikan yang terganggu tersebut maka organisme pathogen  penyebab penyakit seperti jamur, bakteri, parasit dan virus, mempunyai kesempatan untuk masuk dan menyerang ikan tersebut. Dan jika serangan organisme pathogen tersebut tidak di tanggulangi atau tidak di cegah dengan baik maka ikan yang terkena serangan  tersebut akan mengalami kematian.
E.        HUBUNGAN pH DAN IKAN DALAM BUDIDAYA LAUT
Dalam usaha budidaya laut, media air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air yang dibutuhkan oleh ikan akan bervariasi tergantung pada jenis ikan tersebut.
pH air laut yang ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan mengakibatkan gangguan pada kesehatan ikan. pH optimum akan bervariasi tergantung pada jenis ikan. Efek langsung dari pH rendah dan pH yang terlalu tinggi adalah berupa kerusakan sel epitel, baik kulit maupun insang, hal ini akan mengganggu pada proses penyerapan oksigen terutama bagi ikan yang bernafas dengan menggunakan insang.
F.        PENCEGAHAN  PERUBAHAN pH AIR DALAM USAHA BUDIDAYA IKAN
Pada perairan budidaya, pH air mempunyai arti yang penting untuk mendeteksi potensi produktifitas hasil budidaya. Nilai pH asam tidak baik untuk budidaya ikan dimana produksi ikan dalam suatu perairan akan rendah. Pada pH netral sangat baik untuk kegiatan budidaya ikan, sedangkan pada pH basa juga tidak baik untuk kegiatan budidaya.
Dengan keadaan demikian maka cara untuk mengendalikan perubahan pH dalam usaha budidaya baik di hatchery maupun dikolam adalah:
1.         Untuk hatchery harus dilakukan pergantian dan penyiponan  untuk membuang sisa-sisa pakan dan kotoran dari dasar kolam atau tambak  agar pH  kembali normal.
2.         Sebelum pengisian air, untuk kolam tanah harus dikeringkan kemudian diberi kapur secara merata sedangkan untuk kolam tambak harus dicuci dengan menggunakan deterjen sampai bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Effendie. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan.
Kanisius. Jogjakarta
M. Ghufra H. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan, Bhnineka Cipta.

www.damandiri.or.id/file/pramahartamiipbbab2.pdf ( Akses: 15-08-2009).






1 komentar: